Breaking News

Teh hijau tidak menurunkan risiko kanker paru-paru

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di Frontiers in Nutrition, peneliti dari Tiongkok melakukan analisis berbasis pengacakan Mendel untuk memahami apakah konsumsi teh hijau dikaitkan dengan penurunan risiko kanker paru-paru.

Latar belakang

Meskipun merokok telah ditetapkan sebagai penyebab utama kanker paru-paru, penelitian menemukan bahwa faktor lingkungan dan gaya hidup lainnya juga berperan dalam etiologi kanker paru-paru.

Tingginya prevalensi dan morbiditas kanker paru telah membangkitkan minat yang signifikan dan memprioritaskan identifikasi faktor risiko lain yang dapat dimodifikasi.

Pola makan telah diusulkan sebagai salah satu bidang penyelidikan potensial untuk mengidentifikasi faktor risiko kanker paru-paru yang dapat dimodifikasi.

Teh merupakan minuman yang dikonsumsi di seluruh dunia dan dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Senyawa polifenol seperti epigallocationchin-3-gallate, yang merupakan katekin, terbukti memiliki sifat anti-inflamasi, anti-karsinogenik, dan anti-oksidan.

Mengonsumsi berbagai jenis teh secara rutin, seperti teh hijau, dianggap dapat memberikan perlindungan dari berbagai penyakit, termasuk kanker.

Namun, temuan mengenai efek perlindungan teh hijau terhadap kanker, terutama kanker paru-paru, sebagian besar masih belum meyakinkan. Beberapa penelitian pada populasi non-perokok menunjukkan adanya efek perlindungan, sementara penelitian lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan.

 

Tentang penelitian

Dalam penelitian ini, para peneliti mengkaji kembali hubungan antara konsumsi teh hijau dan risiko kanker paru-paru menggunakan pendekatan pengacakan Mendel, yaitu alat yang memungkinkan evaluasi dasar-dasar epidemiologi menggunakan varian genetik sebagai pengaruh, sehingga menghilangkan bias. yang dihasilkan dari studi observasional.

Para peneliti menguji potensi hubungan antara konsumsi teh hijau dan risiko dua jenis kanker paru-paru, yaitu kanker paru-paru sel kecil dan kanker paru-paru non-sel kecil, menggunakan data asosiasi genom pada sukarelawan dari Biobank Inggris.

Mengingat bahwa varian genetik dianggap sebagai variabel penting dalam analisis pengacakan Mendel, data asosiasi genom dengan penetrasi rendah adalah optimal untuk memeriksa hubungan antara varian genetik dan fenotipe, seperti berbagai subtipe kanker paru-paru.

Dataset Biobank berisi informasi tentang asupan rutin teh hijau para peserta, yang merupakan paparan yang menarik.

Data asosiasi genom digunakan untuk mendeteksi polimorfisme nukleotida tunggal yang terkait dengan konsumsi teh hijau dan potensi dampaknya dalam menurunkan risiko kanker paru-paru.

Polimorfisme nukleotida tunggal yang teridentifikasi digunakan sebagai variabel instrumental untuk konsumsi teh hijau, dan para peneliti melakukan pemangkasan ketidakseimbangan hubungan lebih lanjut untuk memastikan tidak adanya bias karena varian genetik yang diwariskan bersama.

Variabel instrumental disempurnakan lebih lanjut, menghasilkan serangkaian polimorfisme nukleotida tunggal yang memiliki hubungan kuat dan independen dengan asupan teh hijau.

Beberapa kumpulan data digunakan untuk data hubungan genetik pada kanker paru-paru sel kecil dan kanker paru-paru non-sel kecil. Data kanker paru-paru non-sel kecil dibagi lagi berdasarkan subtipe karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma.

Data dari sumber-sumber ini memberikan ringkasan statistik tentang hubungan polimorfisme nukleotida tunggal dengan kasus kanker, yang digunakan untuk mengeksplorasi hubungan sebab akibat potensial melalui analisis pengacakan Mendel.

 

Hasil

Studi tersebut menemukan bahwa konsumsi teh hijau tidak menunjukkan efek perlindungan terhadap kanker paru-paru pada tingkat populasi.

Tidak ada hubungan yang diamati antara asupan teh hijau dan risiko kanker paru-paru non-sel kecil atau kanker paru-paru sel kecil meskipun ada pendekatan pengacakan Mendel.

Lebih lanjut, analisis sensitivitas juga tidak mengungkapkan adanya hubungan signifikan antara konsumsi teh hijau dan risiko kanker paru-paru.

Hasil penelitian ini berbeda dengan berbagai penelitian observasional yang melaporkan bahwa konsumsi teh hijau berpotensi menurunkan risiko kanker paru-paru, meskipun penelitian tersebut sebagian besar dilakukan pada populasi non-perokok.

Selain itu, dalam penelitian sebelumnya, efek perlindungan dari teh hijau ditemukan terutama pada populasi Asia, dimana konsumsi teh hijau lebih banyak terjadi, hal ini menunjukkan potensi peran faktor gaya hidup.

Namun, para peneliti percaya bahwa perbedaan antara hasil mereka dan penelitian sebelumnya mungkin disebabkan oleh sebab akibat terbalik, bias perancu, dan keterbatasan penelitian observasional lainnya.

Individu yang rutin mengonsumsi teh hijau juga dapat mengambil pilihan yang lebih sehat dalam aspek gaya hidup lainnya, seperti mengikuti pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari merokok.

Temuan ini menyoroti pentingnya pendekatan pengacakan Mendel, yang menghilangkan bias yang ditimbulkan oleh faktor perancu seperti faktor gaya hidup.

 

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penelitian ini menemukan bahwa asupan teh hijau tidak dikaitkan dengan penurunan risiko dua subtipe kanker paru-paru, kanker paru-paru non-sel kecil dan kanker paru-paru sel kecil.

Namun, temuan ini juga menunjukkan bahwa studi pengacakan Mendel secara efektif menghilangkan bias akibat potensi perancu sambil memeriksa hubungan sebab akibat antara faktor gaya hidup dan penyakit.

 

Journal reference:

Lu, J., Lin, Y., Jiang, J., Gao, L., Shen, Z., Yang, C., Lin, P., & Kang, M. (2024). Investigating the potential causal association between consumption of green tea and risk of lung cancer: a study utilizing Mendelian randomization. Frontiers in Nutrition, 11. https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnut.2024.1265878

No comments