Breaking News

Terapi lampu merah terbukti secara signifikan mengurangi lonjakan gula darah, demikian temuan penelitian

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Biophotonics, para ilmuwan menguji apakah fotobiomodulasi subjek sehat menggunakan lampu merah dengan panjang gelombang 670 nm berdampak pada kadar glukosa yang bersirkulasi dalam plasma, menggunakan tes toleransi glukosa oral.

Latar belakang

Mitokondria adalah organel yang melakukan respirasi sel, menggunakan glukosa dan oksigen untuk menghasilkan adenosin trifosfat atau ATP, mata uang energi. Kemampuan mitokondria untuk menghasilkan ATP berkurang secara alami seiring bertambahnya usia dan karena penyakit.

Namun, penelitian menemukan bahwa produksi ATP dapat ditingkatkan melalui fotobiomodulasi menggunakan cahaya dalam rentang inframerah-dekat, antara 650 nm dan 900 nm.

Fotobiomodulasi juga diketahui menurunkan tingkat oksigen reaktif spesies, dan kemampuan ini diyakini dipertahankan di seluruh spesies di dunia hewan.

Sitokrom C oksidase, yang merupakan bagian dari rantai transpor elektron di membran mitokondria, menyerap panjang gelombang cahaya yang lebih panjang, meningkatkan potensi membran dan produksi ATP.

Penelitian telah menunjukkan bahwa fotobiomodulasi telah membawa peningkatan signifikan pada bagian tubuh yang mengalami aktivitas metabolisme tingkat tinggi, seperti retina dan sistem saraf pusat.

Peningkatan produksi ATP juga dapat meningkatkan penyerapan glukosa, yang mungkin terlihat pada perubahan kadar glukosa plasma.


Tentang penelitian

Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan tes toleransi glukosa standar untuk menentukan apakah fotobiomodulasi menggunakan cahaya 670 nm menurunkan kadar glukosa darah pada subjek manusia sehat.

Penelitian ini melibatkan 30 peserta sehat tanpa kondisi medis yang diketahui, separuh di antaranya menjalani fotobiomodulasi dengan cahaya 670 nm, dan separuh lainnya berada pada kelompok plasebo tanpa cahaya.

Semua peserta menjalani tes toleransi glukosa oral pada awal penelitian, di mana mereka mengonsumsi 75 g glukosa yang dilarutkan dalam 150 mL air, dan sampel darah tusukan jari digunakan untuk mencatat kadar glukosa darah.

Tes toleransi glukosa oral kedua dilakukan setelah seminggu ketika peserta diberikan plasebo atau intervensi.

Sekitar 45 menit sebelum tes toleransi glukosa oral kedua dilakukan, peserta dalam kelompok intervensi dipaparkan dengan cahaya 670 nm selama 15 menit, sedangkan peserta dalam kelompok plasebo diposisikan secara identik tetapi tidak terkena cahaya 670 nm.

Tes toleransi glukosa oral dilakukan hanya setelah memastikan bahwa peserta telah berpuasa semalaman.

Setelah mengonsumsi glukosa yang dilarutkan dalam air, konsentrasi glukosa darah dan end-tidal carbon dioxide (EtCO2) dicatat setiap seperempat jam selama dua jam saat peserta istirahat.

Paparan cahaya 670 nm diarahkan pada area seluas 800 cm2 di punggung atas, menggunakan dioda pemancar cahaya dengan pelindung untuk mencegah kebocoran cahaya.

Hasil tes toleransi glukosa dibandingkan antara peserta kelompok intervensi dan kelompok plasebo.

Selain itu, peserta dalam kelompok intervensi dibandingkan satu sama lain, dan perbandingan serupa dibuat dalam kelompok plasebo untuk analisis pasangan berpasangan guna memperhitungkan variasi individu.


Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan cahaya 670 nm selama 15 menit menghasilkan penurunan kadar glukosa sebesar 27,7% rata-rata selama dua jam.

Selain itu, penurunan sebesar 7,5% juga diamati pada lonjakan glukosa maksimum pada kelompok intervensi, dan perbedaan sebesar 12,1% pada kadar glukosa puncak terlihat antara kelompok plasebo dan intervensi.

Analisis peserta berpasangan dalam kelompok plasebo juga menunjukkan tidak ada perbedaan kadar glukosa darah antara kedua pengukuran.

Dampak paparan cahaya menjadi signifikan setelah sekitar satu setengah jam paparan cahaya lokal saja. Dampak paparan cahaya lokal terhadap kadar glukosa plasma menunjukkan efek abscopal, dimana mitokondria di organ distal juga terpengaruh.

Para peneliti juga membahas mekanisme potensial dimana paparan cahaya lokal dapat berdampak luas, termasuk peran sirkulasi sitokin dan mitokondria bebas sel dalam darah yang kompeten untuk melakukan respirasi sel.


Kesimpulan

Kesimpulannya, temuan menunjukkan bahwa paparan lokal terhadap cahaya 670 nm selama 15 menit secara signifikan mengurangi kadar plasma dan glukosa puncak.

Meskipun hasil ini telah membuktikan bahwa panjang gelombang cahaya yang lebih panjang mempunyai efek positif pada fungsi mitokondria pada manusia sehat, potensi penggunaan paparan cahaya dalam membantu mengatur kadar glukosa darah pada pasien diabetes perlu dieksplorasi.


Journal reference:

Powner, M. B., & Jeffery, G. (2024). Light stimulation of mitochondria reduces blood glucose levels. Journal of Biophotonics, e202300521. doi:https://doi.org/10.1002/jbio.202300521. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/jbio.202300521

No comments