Bagaimana gosip menjadi tren viral tertua di dunia
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, para peneliti merancang model teori permainan evolusi dan serangkaian tes berbasis agen untuk menjelaskan evolusi dan kegigihan gosip, yang bisa dibilang merupakan sifat sosial manusia yang paling banyak ditemukan. Studi mereka mengevaluasi hipotesis mereka bahwa penyebaran reputasi dan pencegahan keegoisan merupakan ciri utama stabilitas evolusi gosip dan kemudian menguji jalur sebab akibat dari siklus evolusi ini.
Temuan mereka menunjukkan bahwa penyebaran informasi
mengenai ketidakhadiran pihak ketiga dapat mendorong individu untuk
mengkondisikan perilaku mereka sendiri sebagai respons terhadap reputasi orang
lain. Jika dipadukan dengan kecenderungan individu untuk bersikap kooperatif
terhadap para penggosip demi memperbaiki reputasinya, maka bergosip telah dan
akan terus menjadi lazim dalam masyarakat manusia di masa mendatang.
Gosip – misteri yang paling banyak dibagikan di dunia?
Gosip adalah penyebaran informasi (sering kali belum
dikonfirmasi) secara sosial mengenai pihak ketiga yang tidak hadir, biasanya
dilakukan dalam percakapan informal atau tanpa batasan. Sejarah mengungkapkan
bahwa gosip telah menjadi ciri mendasar peradaban manusia sejak zaman kuno,
catatan paling awal dapat ditemukan di Mesopotamia dan Yunani kuno. Ilmu
pengetahuan berhipotesis bahwa gosip mungkin merupakan sifat umum di antara
masyarakat pemburu-pengumpul, dan hal serupa juga terdeteksi pada kelompok
primata tingkat tinggi.
Penelitian memperkirakan bahwa orang-orang saat ini
menghabiskan sekitar satu jam setiap hari untuk bergosip. Anehnya, penelitian
gagal menjelaskan perbedaan signifikan antar kelompok dalam penyebaran gosip,
dimana semua individu, tanpa memandang usia, jenis kelamin, status sosial, dan
tipe kepribadian, terlibat dalam aktivitas tersebut. Namun, yang juga
mengejutkan adalah bahwa selama ribuan tahun keberadaan gosip, kita masih belum
mengetahui dari mana asalnya, bagaimana gosip menyebar ke setiap peradaban
manusia, dan bagaimana gosip tetap menjadi salah satu kebiasaan manusia yang
paling umum hingga hari ini.
Meskipun hipotesis-hipotesis ini mempunyai nilai ilmiah,
mereka fokus pada manfaat gosip dan gagal menjelaskan evolusi gosip. Gosip
memakan waktu dan energi serta melibatkan berbagi pengetahuan, yang merupakan
sumber daya penting dalam lingkungan yang terbatas sumber dayanya. Oleh karena
itu, gosip seharusnya bersifat maladaptif dan tidak muncul dalam populasi
alami, dengan mutasi yang dengan cepat dihilangkan melalui seleksi alam. Lebih
jauh lagi, hipotesis-hipotesis ini menyoroti manfaat bagi penggosip dan
meremehkan peran dan stochasticity manfaat bagi penerima – informasi yang
diperoleh dari peristiwa gosip pertama-tama harus memandu dan mengubah perilaku
penerima sebelum manfaat materi dapat diperoleh.
Siklus evolusi gosip
Penelitian ini mengusulkan ‘siklus evolusioner gosip’, yang
berhipotesis bahwa interaksi dan umpan balik positif antara penyebaran reputasi
dan pencegahan egoisme memungkinkan gosip menjadikan dirinya sebagai strategi
stabil evolusioner (ESS). Dengan menggunakan simulasi komputer berbasis agen,
mereka kemudian membangun model teori permainan yang menggabungkan dua fungsi
bergosip untuk menguji hipotesis ini. Setelah terbentuk, mereka selanjutnya
menggunakan simulasi untuk menguji jalur yang terlibat dalam hubungan sebab
akibat yang semakin meningkat ini.
Model ini menggabungkan dua strategi keputusan untuk setiap
pemain permainan gosip – 'kerja sama' dan 'bergosip.' Pohon keputusan ini
kemudian menentukan keadaan dan tingkat kerja sama para pemain dalam skenario
yang berbeda dan berdasarkan pada enam tipe kepribadian, termasuk unconditional
cooperators (AC), unconditional defectors (AD, players who use reputation
information to protect themselves (CC), dan players who use reputation
information to exploit others (CD). Dua kategori terakhir sensitif terhadap
penggosip dan tunduk pada fungsi pencegahan keegoisan dari sifat gosip.
Sistem reputasi penelitian ini mewakili inovasi utama dan
menentukan proses para pelaku mengembangkan sistem kepercayaan terhadap
rekan-rekan mereka. Desain sistem reputasi mereka memungkinkan pemain untuk
menyimpulkan perilaku bersyarat satu sama lain dan menghindari kebingungan
tambahan dalam penilaian moral tingkat tinggi.
Temuan studi
Dari 5.000 simulasi yang dijalankan, sebagian besar (90%; N
= 4.000) menyajikan evolusi gosip, yang kesemuanya memungkinkan terjadinya
prevalensi dan pembentukan sifat tersebut di seluruh populasi, memvalidasi
kekokohan sifat tersebut sebagai strategi evolusi. Anehnya, meskipun suboptimal
atau maladaptif, gosip masih tetap ada di masyarakat kecuali jika dampak
maladaptifnya diukur terlalu tinggi.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa strategi eksploitatif
(GC) adalah yang paling banyak diterapkan (57%) di antara para pemain. Meskipun
demikian, tingkat kerjasama antar masyarakat secara keseluruhan masih tinggi
(78%). Hal ini disebabkan oleh peningkatan progresif dalam kepadatan penggosip
dan sensitivitas reputasi di seluruh populasi. Analisis fungsi penyebaran
reputasi menjelaskan hasil ini dengan mengungkapkan bahwa gosip menghasilkan
peningkatan aksesibilitas reputasi, sehingga memungkinkan pemain untuk membuat
prediksi yang lebih akurat tentang strategi tetangganya.
Kesimpulan
Dalam penelitian ini, para peneliti mengembangkan hipotesis
baru untuk menjelaskan evolusi dan persistensi gosip dan merancang model teori
permainan dan pengujian berbasis agen untuk mensimulasikan validitas hipotesis.
Temuan mereka menunjukkan bahwa gosip berkembang dari interaksi umpan balik
positif yang meningkat antara penyebaran reputasi dan pencegahan keegoisan.
Simulasi mereka menyoroti kekokohan suatu sifat dan persistensinya setelah
sifat tersebut muncul dalam suatu populasi.
Kerangka pemodelan serupa yang diterapkan pada aspek lain
dari interaksi manusia dapat membantu menjelaskan prevalensi perilaku yang kita
anggap rutin tetapi memiliki implikasi evolusioner dan kelangsungan hidup yang
mendalam.
Journal reference:
Pan, X., Hsiao, V., Nau, D. S., & Gelfand, M. J. (2024).
Explaining the evolution of gossip. Proceedings of the National Academy of
Sciences, 121(9), e2214160121, DOI – 10.1073/pnas.2214160121,
https://www.pnas.org/doi/10.1073/pnas.2214160121
Post Comment
No comments