Studi mengeksplorasi stabilitas DNA virus monkeypox dalam berbagai sampel cairan tubuh
Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Infection, para peneliti menggunakan data pengujian diagnostik laboratorium dari kasus monkeypox. Mereka melakukan pemodelan matematika untuk memprediksi berapa lama deoxyribonucleic acid (DNA) virus monkeypox tetap terdeteksi dalam sampel cairan tubuh yang berbeda.
Latar belakang
Virus monkeypox yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus,
hingga baru-baru ini, endemik di negara-negara Afrika barat dan tengah. Hingga
Agustus 2022, telah terjadi wabah cacar monyet di 99 negara.
Monkeypox muncul sebagai lesi mukosa dan kulit, sebagian
besar di daerah genital, perianal, dan orofaringeal, dengan prevalensi tinggi
di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.
Konfirmasi cacar monyet didasarkan pada tes polymerase chain
reaction (PCR) yang mendeteksi DNA virus cacar monyet dalam sampel cairan.
Sementara berbagai sampel cairan tubuh telah digunakan untuk menguji cacar
monyet, ada kekurangan informasi tentang seberapa stabil DNA virus tetap dalam
sampel ini. Informasi ini dapat sangat meningkatkan keakuratan metode
diagnostik klinis untuk cacar monyet.
Tentang studi
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan arsip hasil
uji laboratorium untuk mengumpulkan data deteksi molekuler, yang selanjutnya
dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien, status human
immunodeficiency virus (HIV), dan manifestasi klinis cacar monyet.
Mereka menggunakan model matematika seperti regresi
parametrik Weibull, log-normal, dan model gamma untuk memperkirakan durasi DNA
virus monkeypox dapat dideteksi dalam jenis cairan tubuh yang berbeda. Waktu
sampai hilangnya deteksi DNA diperkirakan berdasarkan jumlah hari antara
timbulnya gejala dan tes PCR negatif pertama. Untuk sampel dengan hasil yang
tidak jelas, waktu antara hasil positif terakhir dan hasil negatif pertama
dipertimbangkan.
Penelitian ini melibatkan 62 kasus monkeypox, di antaranya
23 sampel urin, 19 sampel swab lesi, dan sampel swab nasofaring dan rektal
masing-masing 17 sampel. Sampel air mani, darah, feses, dan saliva sebanyak 16,
15, 14, dan 14, masing-masing. Kumpulan sampel terdiri dari 49 laki-laki dan 13
perempuan, dengan 51 orang HIV-negatif.
Manifestasi klinis adalah ruam kulit dan lesi, demam,
limfadenopati, mialgia, sakit kepala, menggigil, dan kelelahan dalam urutan
frekuensi yang dilaporkan.
Hasil
Hasil pemodelan matematika menunjukkan bahwa persistensi DNA
virus monkeypox dalam cairan tubuh berkisar antara 5,7 hingga 13,5 hari. Waktu
rata-rata adalah yang tertinggi untuk sampel urin (13,5 hari), diikuti oleh
sampel air mani dan darah (masing-masing 11,4 dan 10,5 hari). DNA virus adalah
yang paling tidak persisten dalam sampel lesi kulit (waktu rata-rata 5,7 hari).
Para penulis membahas beberapa keterbatasan penelitian.
Penelitian ini tidak menguji infektivitas partikel virus dan hanya menyelidiki
kegigihan DNA dalam cairan. Selain itu, tanggal pengambilan sampel dapat
berbeda dari tanggal timbulnya gejala. Terakhir, penulis percaya bahwa waktu
persistensi DNA virus dalam cairan tubuh yang diperkirakan dalam penelitian ini
mungkin tidak dapat digeneralisasikan untuk semua infeksi cacar monyet,
terutama yang tanpa gejala.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, penelitian ini menyelidiki stabilitas
DNA virus monkeypox dalam berbagai jenis sampel cairan tubuh dari pasien
monkeypox. Para peneliti menggunakan pemodelan matematika untuk memperkirakan
waktu sampai hilangnya deteksi DNA. Mereka menemukan bahwa DNA virus monkeypox
paling stabil dalam sampel urin, diikuti oleh sampel air mani dan darah, dan
paling tidak stabil pada sampel lesi kulit.
Temuan penelitian ini dapat digunakan untuk membuat
rekomendasi pengujian klinis untuk pengambilan sampel yang efisien dan
mendeteksi kasus cacar monyet. Pengujian yang cepat dan akurat dapat
meningkatkan inisiasi tindakan pencegahan seperti isolasi dan pengobatan, yang
membatasi penularan penyakit selanjutnya.
Journal reference:
Li, Z., Li, X. X., Chen, Y., Ruan, Q., Huang, X., Zhu, G.,
& Sun, J. (2022). Persistence of Monkeypox Virus DNA in Clinical Specimens.
Journal of Infection. doi: https://doi.org/10.1016/j.jinf.2022.10.013
https://www.journalofinfection.com/article/S0163-4453(22)00611-9/fulltext
No comments