Breaking News

Portable air sampler untuk mengukur dan menangkap aerosol SARS-CoV-2 di laboratorium

Dalam sebuah penelitian baru-baru ini yang diposting ke server bioRxiv*, para peneliti di Inggris Raya mengevaluasi portable air sampler yang dioperasikan dengan baterai yang dapat memulihkan severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang di aerosol di laboratorium menggunakan uji plak.

Latar Belakang

Para peneliti terus memperdebatkan risiko yang dirasakan dari aerosolization ribonucleic acid (RNA) SARS-CoV-2 yang layak sejak kemunculannya pada akhir 2019. Dengan tidak adanya data isolasi virus yang dapat diandalkan, analisis retrospektif dari peristiwa superspreading adalah satu-satunya cara untuk meyakini bahwa virus ini menular melalui aerosol. Misalnya, udara di kamar rumah sakit mungkin telah membuat aerosol SARS-CoV-2. Namun, penelitian belum menunjukkan pemulihan dan kuantifikasi SARS-CoV-2 aerosol dengan potensi infeksi.

Secara eksperimental tetap menantang untuk merancang metode yang andal untuk menangkap SARS-CoV-2 dari udara. Tes sitopatik menunjukkan adanya virus menular; Namun, temuan mereka subjektif. Mereka sering mengandalkan keahlian teknisi untuk mendeteksi perubahan morfologi sel akibat virus yang menginfeksi. Itu membuat uji plak sebagai standar emas untuk kuantifikasi virus menular. Jumlah plak diskrit dalam kultur sel menunjukkan titer virus dari inokulum dalam uji plak.


Tentang studi

Dalam penelitian ini, para peneliti pertama-tama membuat aerosol SARS-CoV-2 (varian Delta) dalam 1.4 x 105 plaque-forming units (PFU)/mL dalam class II microbiological safety cabinet (MBSC) menggunakan Blaustein Atomizing Modules (BLAM) atomizer.

Untuk setiap kondisi penelitian, mereka menghasilkan aerosol selama empat menit dengan kecepatan 18 liter per menit (l/menit). Bandara MD8 dengan membran gelatin memulihkan RNA SARS-CoV-2 dengan kecepatan 30 l/menit (total 50 liter). Metode ini mengandalkan agitasi mekanis membran dan penambahan bahan kimia.

Tim menguji banyak variabel selama pengembangan protokol penelitian. Juga, mereka melakukan tiga ulangan biologis untuk setiap variabel yang diuji. Secara total, mereka melakukan percobaan ini dalam tiga tahap.

Pada fase I, tim menentukan apakah percobaan memerlukan bagian dalam sel (langkah pengayaan) sebelum plak. Selanjutnya, mereka menetapkan waktu optimal untuk melarutkan membran gelatin. Waktu optimum untuk melarutkan membran gelatin berkisar antara satu jam, empat jam, dan 24 jam. Akhirnya, mereka menyelidiki kondisi penyimpanan sementara membran terlarut dalam Dulbecco's modified Eagle's medium (DMEM) untuk setiap sampel. Ini adalah variabel studi utama yang mengatur viskositas membran gelatin tersuspensi, yang, pada gilirannya, mempengaruhi pemipetan suspensi yang akurat. Kondisi penyimpanan berkisar antara room temperature (RT) hingga 4 oC dan –20 oC.

Pada fase II, tim menguji jumlah DMEM (5 mL, 10 mL, atau 20 mL) yang diperlukan untuk menangguhkan membran gelatin setelah menangkap aerosol. Mereka juga mempertimbangkan volume sampel yang dibutuhkan untuk menginfeksi sel (100 L atau 200 L). Pada fase III, tim mengukur dampak pembekuan membran gelatin segera setelah pemulihan virus. Ini membantu mereka menilai pemrosesan sampel yang nyaman bagi staf lab.


Temuan studi

Satu bagian dalam sel meningkatkan pemulihan SARS-CoV-2 dengan metode penelitian, meskipun pembekuan membran sebelum suspensi dalam media kultur mengurangi pemulihan. Berdasarkan data penelitian, penulis merekomendasikan sampel segera diproses setelah pengumpulan. Sayangnya, persyaratan untuk melewati sel membatasi kuantifikasi langsung titer virus yang awalnya pulih selama pengambilan sampel udara. Meskipun dalam volume kecil, metode penelitian dapat memulihkan SARS-CoV-2 dengan melewati sel sebelum uji plak.


Kesimpulan

Para penulis tidak dapat mengklarifikasi apakah metode penelitian memerlukan optimasi untuk setiap SARS-CoV-2 variant of concern (VOC) secara terpisah. Dengan demikian, mereka merekomendasikan untuk mengevaluasi semua teknik sel untuk VOC baru guna membuat kerangka kerja untuk pengoptimalan.

Aerosol yang dihasilkan laboratorium tidak dapat mereplikasi semua ukuran partikel dalam aerosol yang diturunkan dari ucapan manusia. Lebih lanjut, BLAM yang digunakan dalam penelitian ini juga tidak dapat meniru komposisi aerosol virus yang dihasilkan oleh pernafasan manusia. Juga, aerosol yang dihasilkan manusia bervariasi antar individu tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Namun demikian, temuan penelitian saat ini dapat membantu penelitian lebih lanjut tentang penularan SARS-CoV-2 dan membantu menginformasikan pengembangan metode pengambilan sampel dalam lingkungan.


*Pemberitahuan Penting

bioRxiv menerbitkan laporan ilmiah awal yang tidak ditinjau oleh rekan sejawat dan, oleh karena itu, tidak boleh dianggap sebagai konklusif, memandu praktik klinis/perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau diperlakukan sebagai informasi yang mapan.


Journal reference:

An optimised method for recovery and quantification of laboratory generated SARS-CoV-2 aerosols by plaque assay, Rachel L Byrne, Susan Gould, Thomas Edwards, Dominic Wooding, Barry Atkinson, Ginny Moore, Kieran Collings, Cedric Boisdon, Simon Maher, Giancarlo Biagini, Emily R Adams, Tom Fletcher, Shaun H Pennington, bioRxiv pre-print 2022, DOI: https://doi.org/10.1101/2022.10.31.514483, https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2022.10.31.514483v1

No comments