Breaking News

Performa Algoritme Segmentasi Sel Canggih Pada Beragam Koleksi Sel Bakteri

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan di Nature Methods, para peneliti menilai metode baru untuk segmentasi sel bakteri bernama Omnipose.

Latar belakang

Terobosan dalam mikroskop sangat menjanjikan untuk memungkinkan pengukuran kuantitatif dan akurat dari fenomena morfologis serta molekuler pada bakteri pada tingkat sel tunggal. Namun, pendekatan ini dibatasi oleh aksesibilitas dan ketersediaan metode yang dapat menyegmentasikan sel tanpa bergantung pada sifat optik atau morfologinya.


Penilaian algoritma segmentasi sel bakteri

Dalam penelitian ini, para peneliti menilai bagaimana algoritma segmentasi sel mutakhir dilakukan pada berbagai sel bakteri.

Efektivitas beberapa teknik segmentasi citra yang telah dikembangkan pada sel bakteri telah didokumentasikan. Metode-metode ini secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

  • Metode Conventional image-processing
  • Metode Conventional/machine-learning hybrid
  • Metode Deep neural networks (DNNs)

Tim berusaha menemukan algoritma yang efektif untuk penelitian lebih lanjut untuk membuat perangkat lunak yang dapat mengenali bakteri secara global. Karena kurangnya perbandingan menyeluruh antara algoritma segmentasi sel pada sel bakteri, tim memilih satu atau lebih contoh dari setiap kelompok untuk penelitian ini: Mask R-CNN, StarDist, MiSiC, and Cellpose; Morphometrics; dan SuperSegger.

Mikrograf dari banyak spesies bakteri yang menunjukkan berbagai morfologi dan sifat optik diperoleh untuk pelatihan dan pembandingan algoritma ini. Mutasi atau prosedur yang menghasilkan morfologi ekstrim sering digunakan dalam penyelidikan bakteri. Kombinasi spesies bakteri yang menunjukkan morfologi unik dan sifat visual difoto. Tim mengumpulkan total 4.833 gambar atau lebih dari 700.900 sel individu dari 14 spesies berbeda. Metode cepat untuk membuat anotasi sel secara manual dikembangkan dan digunakan pada foto-foto ini. Hasilnya adalah 47.000 sel beranotasi yang representatif, yang digunakan untuk membuat dataset ground-truth (fase bact).


Pembuatan algoritma segmentasi U-net presisi tinggi

Tim bertujuan untuk membuat metode segmentasi yang tidak bergantung pada identifikasi pusat sel. Cellpose framework, yang dapat dipecah menjadi lima bagian utama, seperti pemrosesan file, arsitektur jaringan saraf, fungsi tujuan pelatihan, prediksi jaringan, dan rekonstruksi mask, berfungsi sebagai dasar untuk algoritma yang dibuat dalam penelitian ini. Sementara peningkatan dibuat untuk masing-masing bagian ini, rekonstruksi topeng dan prediksi jaringan adalah dua terobosan paling signifikan dalam sistem yang dikembangkan bernama Omnipose.

Medan jarak, juga dikenal sebagai transformasi jarak, mewakili pemisahan antara setiap titik x dalam wilayah terbatas dan titik terdekat dengan batas. Output probabilitas sel yang terkait dengan Cellpose digantikan oleh bidang jarak di Omnipose. Dibandingkan dengan solusi lain yang menghasilkan bidang serupa, ini menghasilkan konvergensi yang lebih cepat dan stabilitas numerik yang lebih baik.


Omnipose menunjukkan akurasi segmentasi sebagai alat segmentasi multifungsi

Para peneliti melatih model (bact phase omni) pada dataset fase bact untuk membandingkan kinerja Omnipose dengannya. Anehnya, dengan menggunakan model komparatif (cp fase bact), akurasi Omnipose secara signifikan mengungguli Cellpose. Disparitas kinerja antara algoritme ini sangat jelas terlihat pada kisaran IoU yang tinggi yaitu 0,8-1,0. Bakteri biasanya dicitrakan pada ukuran piksel yang dikalibrasi sekitar 0,1 m, menghasilkan sel dan label sel yang berukuran lima hingga 50 piksel. Bakteri biasanya diukur pada skala antara 0,5 dan 5 m. Nilai IoU di atas 0,8 sangat penting untuk akurasi tingkat piksel dalam eksperimen kuantitatif pada skala ini. Akibatnya, Omnipose sangat cocok untuk mempelajari sel bakteri secara mikroskopis.

Saat dilatih pada kumpulan data yang representatif, Omnipose juga dapat mengelompokkan gambar yang diperoleh menggunakan berbagai modalitas dan terdiri dari berbagai subjek. Kumpulan data dari 33.200 sitosol sel bakteri dan fluoresensi membran dikembangkan untuk menguji Omnipose pada gambar yang diambil menggunakan modalitas selain kontras fase. Tim menemukan bahwa Omnipose (bact fluor omni) mengungguli Cellpose (bact fluor cp) dalam hal kinerja pada sel yang bervariasi secara morfologis.

Selanjutnya, tim mengeksplorasi bagaimana Omnipose dapat digunakan untuk mengelompokkan subjek selain bakteri. Model generalis, yang dilatih pada dataset fase bact dan dataset worm (worm bact omni) berkinerja sama baiknya atau lebih baik dari model worm (worm omni). Tim juga menggunakan kumpulan gambar C. elegans resolusi tinggi yang disesuaikan untuk melatih model Omnipose dan menemukan bahwa algoritme dapat secara efektif mengelompokkan gambar-gambar ini meskipun struktur dasarnya rumit.


Kesimpulan

Secara keseluruhan, temuan penelitian menunjukkan bahwa pada kultur bakteri campuran, sel yang diobati dengan antibiotik, dan sel dengan bentuk memanjang atau bercabang, Omnipose mencapai kinerja segmentasi yang terpuji. Selain itu, keunggulan Omnipose berlaku untuk subjek non-bakteri, sejumlah modalitas pencitraan, dan objek tiga dimensi.


Journal reference:

Cutler, K.J., Stringer, C., Lo, T.W. et al. Omnipose: a high-precision morphology-independent solution for bacterial cell segmentation. Nat Methods (2022). doi: https://doi.org/10.1038/s41592-022-01639-4 https://www.nature.com/articles/s41592-022-01639-4

No comments